Home > REPORT > West Sumatra: Tanah Minang Rancak Bana

West Sumatra: Tanah Minang Rancak Bana

September 23, 2008 Leave a comment Go to comments

Ketika sedang mencari informasi wisata Pameran Wisata Indonesia atau ITTF “Indonesian Tourism and Travel Fair 2008” di waktu yang lalu, beberapa penjaga stand menawarkan paket wisata, travel agent, resort dan perhotelan.

Informasi dipameran terasa masih umum, sekedar menampilkan objek wisata yang biasa-biasa saja.

Justru yang menarik ketika penulis melihat stand Sumatera Barat atau “West Sumatra” dimana petugas sibuk menjelaskan apa dan bagaimana “indahnya alam pegunungan SUMBAR” kepada seorang ibu yang berminat mengunjungi Sumatera Barat.

Seberapa indah panorama Sumatera Barat? Apakah benar Tanah Minangkabau disebut rancak bana?

Usai mengunjungi pameran ITTF tersebut, timbul keinginan penulis menampilkan album foto ketika mengikuti adventure touring ke Sumatera Barat: “HTML Touring Goes To Southern Sumatera” Mei tahun 2007.

Setelah membuka folder ternyata banyak foto yang belum dimuat dan masih bisa dinikmati. Khusus di artikel ini akan dijelaskan beberapa rute yang pernah dilewati dan nama lokasi atau sudut gambar yang ada.

MEMILIH RUTE/JALUR KE SUMATERA BARAT

Jalur lintas menuju Provinsi Sumatera Barat sebenarnya dapat dilewati dari beberapa arah.

Pertama, wisatawan bisa datang dari arah pantai barat Sumatera (dari arah Bengkulu). Boleh dibilang jalur ini masih jarang diiewati oleh wisatawan domestik. Melewati jalur ini sangat jauh karena harus menjumpai kota Tapan, satu-satunya dapat ditempuh hanya melalui Bengkulu (lihat peta)

Kedua, melewati jalur lintas tengah Sumatera. Ini adalah jalur yang paling umum dan diminati oleh pemudik yang datang dari pulau Jawa. Kota Muarabungo Provinsi Jambi adalah kota penentuan pemudik yang mau pulang kampung, apakah mau ke arah Kiliranjao dan terus ke Solok, atau memilih lewat Lubuk Gadang.

Ketiga, datang dari arah Provisinsi Riau, Pakanbaru, Bankinang dan seterusnya melewati Kelok 9, sampai ke Payakumkubuh. Bisa juga datang dari Talaktuan, Riau kemudian masuk Sumatera Barat ke kota Kiliranjao dan seterusnya ke Solok.

Keempat, datang dari Sumatera Utara melalui Padang Sidempuan/Panyabungan dan terus masuk Sumatera Barat menjumpai kota Lubuk Sikaping.

Kelima, melewati jalur udara dan langsung mendarat di Bandara International Minangkabau Airport. Atau bisa juga melalui jalur kapal laut merapat di Teluk Bayur.

JALUR TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT-SUNGAI PENUH

Ketika penulis berwisata touring bersama “HTML Touring Goes To Southern Sumatera” pilihannya jatuh pada jalur pertama, yaitu datang dari arah Bengkulu (pantai barat), dan menjumpai Kota Tapan sebagai kota yang pertama di Tanah Minangkabau (lihat peta diatas dengan garis merah tebal).

Tapan, dikenal sebagai kota kerajinan tangan dan penghasil cincin batu akik. Disini wisatawan akan menjumpai bundaran dengan patung. Jika belok ke kiri, maka jalur ini menuju Painan kemudian nantinya tembus sampai ke Ibukota Provinsi Sumatera Barat, Padang. Jalur ini disebut dengan Jalur Lintas Pantai Barat Sumatera.

Namun, jika ingin melewati jalur tengah Sumatera Barat serta ingin menikmati alam pegunungan “Bukit Barisan Sumatera Barat” atau dikenal dengan “The Minang Higland”, maka jalur yang paling tepat dipilih adalah lewat “Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)” dan terus ke Sungai Penuh milik Provinsi Jambi.

Memilih jalur ini, wisatawan bakal masuk ke kawasan hutan lindung TNKS. Sebelumnya, wisatawan akan menemui tugu perbatasan “Selamat Jalan Provinsi Sumatera Barat dan Selamat Datang Provinsi Jambi” padahal tujuan utama penulis ketika itu adalah ke Sumatera Barat.

Uniknya lewat jalur ini, wisatawan harus mampir dulu ke Provinsi Jambi melihat lebih dekat kawasan TNKS, Sungai Penuh dan Gunung Kerinci. Jarak Tapan sampai kota Sungai Penuh sekitar 64 Km, tapi yang pasti ketika lewat kawasan TNKS harus dengan perjuangan (baca artikel ‘Melintas TNKS‘).

Ada harga yang haru dibayar bahkan tak ternilai, itulah prinsip ‘adventure’ sejati. Ketika melewati TNKS bisa jadi tidak nyaman karena kondisi jalan rusak, banyak longsor, pohon tumbang, jalan hutan dan hambatan lainnya. Syukur binatang buas ‘datuk’ atau Harimau Sumatera ketika itu sedang tidur dan tidak menampakan dirinya.

Luar biasa! Itulah komentar setelah menikmati keindahan alam TNKS, pemandangan kota Sungai Penuh dari puncak TNKS, alam pegunungan Bukit Barisan, sungai-sungai yang alami, air terjun yang tak terusik, jalur yang sepi dari mobil, bahkan tidak ada satu pun bus yang lewat di TNKS, semuanya memberikan kesan yang luar biasa dan sangat mendalam bagi siapa pun yang pernah melewati jalur penuh penuh tantangan tersebut.

SUNGAI PENUH, JAMBI

Setelah lewat TNKS, perjalanan dilanjutkan dengan ‘turun gunung’ sampai kota Sungai Penuh yang sejuk. Kota Sungai Penuh, milik Jambi, dikelilingi dengan perbukitan yang indah. Sayang sekali foto tidak bisa direkam karena penulis kehabisan batere.

Kota Sungai Penuh bisa ditembus dari Bangko atau “Jalur Tengah Sumatera.” Biasanya para pencinta alam atau pendaki gunung dari tanah Jawa, yang ingin naik puncak Gunung Kerinci (3800 M), datang dari arah Bangko kemudian masuk Sungai Penuh dan seterusnya ke arah Kersik Tuo Kayu Aro.

Dari Sungai Penuh wisatawan bisa melanjutkan perjalanan menuju Kersik Tuo dan Perkebunan Teh Kayu Aro dengan jarak 40 Km. Ketika akan menuju Kersik Tuo dan Kebun Teh Kayu Aro, wisatawan akan melewati jalan lurus panjang dengan pandangan pesona bukit dan punggung pegunungan Bukit Barisan yang sangat eksotik sampai di batas desa Siulakderas. Setelah itu jalan tikungan, naik-turun bukit masuk ke area perkebunan teh mirip kebun teh di Malabar Jawa Barat.

KERSIK TUO, KAYU ARO JAMBI (Kaki Gunung Kerinci)

Kersik Tuo adalah sebuah desa yang berhawa sejuk dengan panorama langsung ke Gunung Kerinci (3800 M). Gunung Kerinci adalah gunung tertinggi di tanah Sumatera. Pesona alam di Kersik Tuo sangat indah sepanjang hari, baik pagi hingga menjelang malam hari indahnya luar biasa.

Cahaya matahari timur kearah Gunung Kerinci (3800 M) maupun cahaya matahari terbenam, keduanya sangat menakjubkan. Ketika hari masih pagi, langit biru sangat jelas, ditabur dengan gumpalan awan putih yang sangat dekat dan indah untuk diabadikan dengan foto. Belum lagi pesona hamparan kebun teh, perkebunan sayur-mayur dan juga pemandangan Gunung Tujuh (2751 M).

Desa Kersik Tuo sering kali dipakai sebagai ‘home base’ buat persiapan pendakian ke puncak Gunung Kerinci (3800 M). Home stay “Painan” dimana penulis menginap melihat beberapa stiker pencinta alam yang pernah menginap, bahkan ada pencinta alam dari Malaysia pernah menginap disitu juga. Harganya murah, kamar banyak, bersih, dan kamar mandinya pun banyak membuat para tamu yang menginap merasa dirumah sendiri.

Foto-foto khusus ketika penulis berada di Tapan, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Sungai Penuh, Kayu Aro, Kersik Tuo, Gunung Kerinci, dan juga Home Stay Painan dapat dilihat melalui artikel: “Melintas Taman Nasional Kerinci Seblat-Sungai Penuh-Kayu Aro Gunung Kerinci, Provinsi Jambi

LUBUK GADANG

Meninggalkan Kayu Aro wisatawan menuju kota Lubuk Gadang (Sumatera Barat). Pada jalur ini akan ditemui tugu perbatasan “Selamat Jalan Provinsi Jambi dan Selamat Datang Provinsi Sumatera Barat”.

Wisatawan dapat suguhan pesona alam sekaligus jalan penuh tikungan tajam. Pesona alam Gunung Tujuh (2751 M) yang berada disisi kanan akan terlihat dengan jelas. Mulai dari jalur ini wisatawan sudah mulai  menikmati panorama alam wisata ranah minang, atau beraneka tempat/lokasi objek wisata tanah minangkabau khususnya alam dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan.

Begitu banyak tikungan, bahkan sampai ada tikungan ekstrim disebut tikungan “W”. Belokannya memang sangat tajam dan berulang tiga kali seperti huruf ‘W”. Jika bawa mobil ukuran Toyota Kijang agar hati-hati karena tikungan pas untuk satu mobil. Malah mobil harus berhenti dulu, ambil ancang-ancang dulu dijalan tanjakan/turunan yang berat.

Daftar pustaka menyebutkan kawasan huruf “W” ini ada objek wisata bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta Kelinci Sumatera. Namun ketika itu penulis tidak sempat berhenti melihat langsung, karena sedang menikmati alam pegunungan dan tikungan yang menyenangkan bagi pengendara motor. Jalur dan kawasan ini sangat sepi, jumlah mobil pribadi yang melintas nyaris tidak ada.

MUARALABUH, PASIRTALANG, SEIKALU, SURIAN, ALAHAN PANJANG, LUBUK SELASIH

Bukit dan pegunungan itulah hamparan pemandangan yang disuguhkan alam Sumatera Barat. Ini sesuai dengan nama “Bukit Barisan Sumatera”.

Bagaimana tidak, setelah melihat Gunung Kerinci (3800 M), kemudian ada lagi Gunung Tujuh (2715M), Gunung Carmin (2690 M), Gunung Rasam (2565 M), Gunung Talang (2599 M), dan belum lagi Gunung Merapi (2819 M) dan Gunung Singgalang (2877 M). Kedua gunung yang terakhir akan dapat dilihat dari Bukittinggi.

Sudah tentu semua kondisi jalan di wilayah ini adalah tikungan, tanjakan maupun turunan dan bahkan jalan tersebut berada di pinggir perbukitan ditambah lagi dengan jurang-jurang yang curam dan berbahaya.

Justru disinilah sensasi riding motor touring dijalan pegunungan yang berkualitas, bahkan sepi. Semua tikungan dan trek lurus dapat dinikmati. Gas di pol habis. Konvoi hanya tiga motor tetap saling menempel ketat hingga speed rata-rata 80 km/jam. Luar biasa!

DANAU ATAS/DANAU BAWAH ALAHAN PANJANG

Ini lokasi yang menakjubkan bagi wisatawan jika mendapatkan udara cerah. Bersih dan sangat alami! Danau Atas terletak dibawah dan Danau bawah terletak diatas bukit. Ketika penulis melewati lokasi ini beruntung mendapatkan udara yang cerah sehingga langit, awan, danau serta hijaunya pegunungan membuat warna alam begitu serasi.

Rancak bana! (=bagus sekali) itulah kesan yang terungkap berkali-klai ketika melewati jalur indah nan mempesona ini. Dari kejauhan Alahan Panjang, tampak Gunung Rasam (2565 M) dari yang hijau dibalut dengan awan tipis.

LUBUK SELASIH-SOLOK-SINGKARAK-PADANG PANJANG-BUKITINGGI

Melalui jalur ini , wisawatan akan melewati jalan utama. Lebar jalan 10 meter karena ini adalah jalur ekonomi yang menghubungkan kota-kota utama di Sumatera Barat. Jarak dari Lubuk Selasih ke Ibukota Provinsi Padang sudah sangat dekat.

Jangan heran jika hilir-mudik di jalur ini sangat ramai, apalagi di sekitar Solok, sempat ada kemacetan karena begitu banyak truk dan bus AKAP (antar kota antar provinsi) yang lewat. Walaupun lebar jalan sangat besar, namun kepadatan penduduk juga makin bertambah.

Lepas Solok, wisatawan akan menikmati panorama Danau Singkarak. Syukur-syukur ada kereta api yang melintas membuat pemandangan jadi tambah seru. Di sebelah kiri jalan hamparan danau, dan sebelah kanan ada jalur rel KA. Beberapa angkot kadang membuat kaget karena mereka seringkali berhenti mendadak menurunkan/menaikkan penumpang.

Meninggalkan Danau Singkarak, wisatawan memasuki kota Padang Panjang. Tapi sebelum masuk Padang Panjang di sisi jalan terdapat hamparan tanaman padi yang luas, sangat elok dipandang mata, penuh warna hijau-kuning. Lagi-lagi penulis tidak dapat mengambil foto mengingat kecepatan motor sedang top speed. Lagi pula ketika itu cuaca sedang berawan mendung menandakan akan turun hujan lebat.

Benar juga. Sampai di kota Padang Panjang turun hujan dengan lebat. Rupanya Padang Panjang ini mirip dengan Bogor, karena kota ini sering hujan. Untuk beristihat dan sekedar menghangatkan badan, penulis menikmati makanan khas Minang “Sate Padang” di sebuah rumah makan khusus menyajikan sate padang saja.

Jika waktu cukup, sebenarnya wisatawan bisa menuju ke Air Terjun Lembah Anai yang tidak jauh dari Padang Panjang, ambil jalur ke arah Padang. Namun sayang sekalii ketika itu sedang hujan keras, dan penulis urung menuju Air Terjun Lembah Anai sehingga diputuskan langsung jalan ke Bukittinggi walaupun masih hujan keras. Menurut info, hujan di Padang Panjang tidak bisa ditunggu kapan redanya. Wah?

Sementara masih hujan, jalur Padang Panjang ke Bukittinggi lumayan ramai dan dibeberapa titik ada kemacetan. Tapi hanya selang 30 menit dengan sepeda motor, akhirnya penulis tiba di Bukittinggi dengan cuaca cerah. Berbeda dengan Panjang Panjang yang konon hujan tak menentu, namun Bukittinggi tidaklah demikian.

Ada banyak kunjungan wisata di Bukitinggi yang sangat terkenal. Minimal untuk menjangkau semua tempat wisata di dalam Kota Bukittinggi memerlukan waktu dua sampai tiga hari. Memandangi alam sekitar Bukitting tampak dengan jelas Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Ooii.. rancak bana ko, tak ado duonyo.. 🙂

DANAU MANINJAU & KELOK 44

Menuju Danau Maninjau sebaiknya ditempuh pada pagi hari. Dari Bukittinggi pukul 08.00 diperkirakan tiba di Danau Maninjau pukul 10.00. Tapi dengan motor cukup 1.5 jam. Jika mendapatkan cuaca yang cerah, dijamin panorama alam Danau Maninjau akan memukau bagi wisatawan. Embun Pagi adalah titik lokasi pemberhentian untuk menikmati pemandangan alam Danau Maninjau. Luar biasa!

Ketika turun ke arah danau, wisatawan dapat marasakan “Kelok-44” yang sangat terkenal itu. Suguhan pemandangan alam “Kelok 44” pasti membuat wisatawan jadi takjub, walaupun penulis sudah pernah berkunjung tempat ini beberapa kali tapi tetap saja pesona Danau Maninjau memberikan kepuasan.

Ketika jalan mulai turun di “Kelok 44”, pengemudi harus hati-hati, karena beberapa tikungan sangat tajam menuntut pengemudi ambil ancang-ancang berhenti, ambil jarak, sekaligus pindah gigi 1. Apalagi jika arah pulang dengan rute menanjak akan jauh lebih berbahaya.

Ketika itu penulis menyaksikan sebuah motor terjatuh di salah sudut tikungan karena pindah gigi meleset ke kondisi “normal”. Motor langsung turun dan hilang keseimbangan sehingga terjatuh. Beruntung motor tersebut tidak sampai masuk jurang.

Di kota Maninjau terdapat beberapa hotel. Jika wisatawan ingin menikmati jalur darat di pinggiran Danau Maninjau, lansung ke arah kanan tujuan Lubuk Basung. Berdasarkan peta seharusnya jalur ini bisa tembus ke Pariaman dan Padang. Hanya saja ketika itu penulis bersama rekan memutuskan kembali atau balik lagi ke Bukittinggi meneruskan perjalanan ke Pakanbaru Riau.

PAYAKUMBUH-KELOK 9-TUGU KHATULISTIWA-BANGKINANG-PAKANBARU, RIAU

Alam pegunungan seakan tak pernah habis-habis di sepanjang Sumatera Barat. Betul sekali. Sejujurnya bagi penyuka motor bike touring, Sumatera Barat harus menjadi tujuan kegiatan wisata touring. Seluruh kondisi jalan yang dilewati dinilai sangat bagus, kelas 1, dan aspal hotmix.

Tidak ada satu pun kendala dengan kondisi jalan, justru ini memberikan kenikmatan berkendara motor sambil mengatur kecepatan dan merasakan sensasi tikungan-tikungan pegunungan. Top banget!

Bukitinggi-Payakumbuh hingga kawasan “Kelok 9” bisa ditempuh dengan speed 110, kadang menyentuh 120 km/jam. Apalagi jika membawa motor ber-CC besar kelas superbike? Mungkin motor Ducati? Pasti nikmat!

Pemandangan tanaman padi kembali dapat disaksikan di Lembah Arau. Lokasi hamparan padi hijau ini berada di samping bukit-bukit yang terjal tepatnya di jalur menuju kawasan “Kelok 9”. Lagi-lagi penulis luput mengambil foto di Lembah Arau karena kecepatan motor lumayan tinggi sedang menikmati jalan yang lebar dan mulus.

Ketika itu penulis hanya mencoba mengingat-ingat dimana bukit yang pernah dipakai untuk kegiatan panjat tebing tepatnya sebelum masuk kegelapan hutan dan perbukitan Kelok 9. Jalan yang tadinya lebar makin lama makin mengecil bagaikan kerucut.

Tak lama dari situ, penulis sampai juga di “Kelok 9” yang sudah berubah wujudnya. Ketika itu, sedang ada proyek pembangunan Kelok 9 untuk membuat jalan alternatif (jalan potong). Mungkin pada hari ini proyek jalan baru di Kelok 9 tersebut sudah selesai.

Pembangunan. Itulah alasan klasik yang mengorbankan panorama alam “Kelok 9”. Beberapa sudut hutan lebat nan hijau di “Kelok 9” harus ditebang, sudut kemiringan bukit pun diratakan. Entahlah, bagaimana pemandangan “Kelok 9” pada saat ini.

Menjauh dari “Kelok 9” ke arah Bangkinang Pakanbaru Riau, wisatawan masih dapat merasakan jalan yang diapit oleh perbukitan. Jika membunyikan klakson akan terdengar suara menggema mengusik kesunyian alam pegunungan. Sedikit hati-hati karena beberapa lokasi jalan terdapat longsoran tebing yang cukup membahayakan.

Beberapa tempat yang masih menarik sebelum meninggalkan Sumatera Barat, antara lain Tugu Khatulistiwa sebagai garis tengah bumi. Kemudian danau buatan untuk proyek PLTA. Sejarahnya danau ini telah menutup beberapa desa, bahkan ikut menutup sebuah terowongan jalan yang dulu dikenal sangat seram.

Selamat menikmati dan menjajal Tanah Minang, Rancak Bana!

KETERANGAN FOTO

1. PERKEBUNAN TEH KAYU ARO, KERSIK TUO PROVINSI JAMBI

Penulis berdiri dengan latar belakang Gunung Kerinci (3800 M) sedang tertutup awan.

2. PANORAMA ALAM KERSIK TUO, JAMBI MENUJU LUBUK GADANG, SUMBAR

3. PANORAMA GUNUNG TUJUH (2751 M) DARI KERSIK TUO JAMBI

4. PERKEBUNAN SAYUR MAYUR KERSIK TUO, JAMBI

5. TUGU PERBATASAN SELAMAT JALAN JAMBI/SELAMAT DATANG SUMBAR

6. TIKUNGAN HURUF “W”

7. PANORAMA GUNUNG TUJUH (2751 M)

8. JALUR MENUJU LUBUK GADANG

9. PERSIMPANGAN DI LUBUK GADANG

10. PANORAMA GUNUNG KERINCI DARI ARAH LUBUK GADANG

11. SELAMAT DATANG KABUPATEN SOLOK SELATAN

12. PANORAMA JURANG & BUKIT DI SURIAN-ALAHAN PANJANG

13. PANORAMA DANAU ATAS, ALAHAN PANJANG

14. JALUR LUBUKSELASIH-SOLOK

15. PANORAMA DANAU SINGKARAK

16. HOTEL JOGJA BUKITTINGGI

17. JAM GADANG BUKITTINGGI

18. PANORAMA DANAU MANINJAU & KELOK 44

Tikungan No. 25

Tikungan No. 18

Tikungan No. 1 (paling bawah)

Desa Maninjau

Mengangkut anjing berburu

19. PUSAT BELANJA PADANG PANJANG-BUKITTINGGI

20. KELOK 9

21. PERUBAHAN WAJAH KELOK 9

22. GARIS KHATULISTIWA (EQUATOR)

23. TIBA DI PAKANBARU, PROVINSI RIAU

The End.

Categories: REPORT
  1. walat_13
    September 24, 2008 at 9:46 pm

    horee..pertamax…

    ngeliat foto hasil jepretan bro stephen, jadi pengen pulang kampung..hiks..hiks..

  2. rima
    September 25, 2008 at 4:37 am

    Taringek kampuang nan jauah di mato 🙂 …

  3. Avilla
    September 25, 2008 at 8:09 am

    Waduh mantap banget Bro Stephen.. diawal judul, saya mikir wah Stephen skrg ngebahas tour Sumbar nih, nggak nyangka anda sendiri jalan segitu jauh cuma ber-tiga pula dengan bro-bro HTML.. field report padat serta mendetil juga dengan foto-foto yang menarik.. membuat jadi ingin terus membaca.. Salutee ya Bro.. just keep on riding & keep on writing juga ya..

  4. Avilla
    September 25, 2008 at 8:15 am

    Oh ya saya sendiri 2 tahun yang lalu pulang kampuang basamo, ke Bukit Tinggi (mertua asal Kapau dan kakek saya asal Koto Gadang), dan tercekat sekali dengan ranah Minang.. dengan jalan yang mulus2 (nggak seperti di Jawa yang bopeng2 kayak muka penuh jerawat hehehe)serta pemandangan yang ruar biasa, pernah terpikir juga betapa asiknya kalo bisa riding disana.. Sekali lagi report anda sudah mewakili keinginan saya.. mudah2an disuatu waktu nanti bisa riding kesana

  5. September 25, 2008 at 2:54 pm

    @Walat-13,
    emang dimana kampungnya?

    @Rima,
    Taringek kampuang? Payakumbuah?

    @Avilla,
    Anak Minang harusnya sih naik motor kalo pulang kampung.. talok gak?

  6. Taslim
    September 26, 2008 at 10:58 am

    Waduh banyak juga orang minang di HTML, gw pikir cuman ama si dave doank…hehehhe

    B M J = Bikers Minang Jakarta….wakakakkaka, seru kali kopdar bikers minang….hehehee

  7. walat_13
    September 26, 2008 at 7:09 pm

    @bro stephen
    di pariaman bro….waktu ke sumbar sempet maen ke pantai air manis gak bro, tempat batu malin kundang…

  8. juare97
    September 26, 2008 at 7:16 pm

    wah mantap …
    baik pengalaman maupun tulisannya (beserta photo2nya)….

    memang sumbar itu banyak pemandangan yang indah-indah …..
    saya sendiri baru beberapa kali pulang kampung ke pariaman ….

  9. September 26, 2008 at 10:52 pm

    @walat-13,
    Gak bro. Harusnya waktu itu kami dari Maninjau terus ke Pariaman dan Padang. Tapi, ada perubahan karena masalah waktu.

    @juare97,
    Justru itu kami buat artikel ini. Sumbar memang bagus, apalagi panorama alam gunung/bukitnya. Ada yg mau menyusul?

  10. akmal
    September 28, 2008 at 7:39 am

    Salam kenal bung.
    Luar biasa bro stephen, saya juga suka bepergian naik motor. Jalur yang anda lalui, bangko- kerinci-. tapan (TNKS) pernah saya lewati tapi naik mobil. Saya memang sangat terpesona. Dan jalur kerinci-kayuaro-letter W-lubuk gadang-danau diatas/dibawah-solok dan padang saya lalui pake motor. Dan jalur manimjau saya datangi 5 tahun lalu waktu bersafari dinas dari kantor yaitu Padang-Pariaman-Lubuk Basung-Maninjau-Kelok 44-Bukit Tinggi-pasaman-air bangis-bonjol.
    Saya betul-betul terkesan dan saya berencana mengulang kembali ke tempat lain di ranah minang yang memang rancak-rancak bana.
    Penuturan anda juga bagus sekali bro…salute

  11. September 28, 2008 at 9:50 am

    @akmal,
    Salam kenal juga bro.
    Senang mendapat respon jika ada teman yg juga pernah melewati daerah yang ditulis. Harus diakui fakta dilapangan pesona alam Sumatera Barat bagus dan indah. Rancak bana! Dan memang sebenarnya masih banyak lagi jalur yang bagus di Sumbar a.l.
    rute Maninjau – Lubuk Basung – Parianaman – Padang; kemudian
    rute Bukittinggi – Bonjol – Lubuk Sikaping – Rao (perbatasan dgn Sumut) terus balik lagi ke Bukittinggi tapi lewat Batukambing – Sungai Lolo – Muaro Paiti – Pangkalan KotaBaru – dan Payakumbuh. Lewat jalur ini bisa melihat alam G.Ophir (2912 M), G.Kulabu (2172 M), G.Mas (2271 M).
    Belum lagi rute Payakumbuh – Batusangakar – Muaro, dan masih banyak lagi.
    Sekali lagi terima kasih atas responnya.

  12. September 29, 2008 at 5:11 am

    Asli TOP MARKOTOP….!!! Thanks for sharing Bro..:)

  13. wina
    October 2, 2008 at 11:32 pm

    waduh.. hebat lho..pasti udaranya dingin banget kalau pakai motor, ndak talok ambooo
    uda.. ..kapan2 lihat kampuang ambo, di Matur, dari Bukit Tinggi jalan ka Maninjau. indah juga lewat parit panjang, bener2 membuat ingin pulang lagi (walaupun ambo lahir dan besar di jakarta, yang namonyo taragak jo kampuang selalu

  14. October 4, 2008 at 3:30 pm

    wowwwww…trims pak…tulisan menarik sekali…..
    pengen pulang euy……..

  15. October 4, 2008 at 11:23 pm

    @Winna, ANNo’,
    Walah mak.. ambo ini bukan orang Minang tapi namonyo Minang lah dianggap kampuang sendiri. Baa ko?? *cakap Minang biso ngarati saketek-saketek.. 🙂

  16. tatanggi sabeulah
    October 7, 2008 at 9:38 am

    mantap fto2 nya om steph, jadi ngiler pengen turing jauh

  17. October 8, 2008 at 12:43 pm

    Phen, negeliat foto2nya, wah jadi pengen pul kam ke Bukittinggi nih !

  18. October 10, 2008 at 1:14 pm

    wah petualang sejati.
    jalur surian, muaralabuh dan lubuk gadang sepertinya familiar deh bagi saya. hehehe,
    oh ya, jangan nyesel ya bos kalau SUmatera barat tidak seperti yang dibayangkan. maaf ya.
    jangan dungkan2 untuk mampir lagi ya

  19. October 10, 2008 at 9:32 pm

    @ Tatatanggo Sabeulah, Nana Zubir, Catra
    Pokoknya alam tanah Minang bagus2. Yg punya nyali touring, langsung aja berangkat. Yg masih punyo kampuang, ya pigilah kalian, apalagi ambo bukan orang Minang masih mau jalan lagi kesana. Yg pasti mampir ke tanah Minang gak bakal sungkan2. Ajo.. tambuah ciek lai! Bungkuih! (pesen sate padang).. 🙂

  20. Normandia Muchtar
    October 13, 2008 at 2:33 am

    Stephen,saya salut dengan anda,bukan orang minang tapi bisa detail begitu dengan ranah minang. Saya yang orang minang saja ngga se detail itu tentang ranah minang. Oh ya kita satu alumni, saya angkatan 82 SMA Cendana. Sekolah di cendana Kelas 1 dan 2 SD, Kemudian 2 SMP sampai lulus SMA (sebagian 2 SD samapi 1 SMP di Duri). Saya juga ikut Gudep 59 dan besama Nunug dan Tonny Permana digunung kerinci tahun 1981 (foto saya disamping kanan Dian Iskandar). Sekali-kali pengen juga touring dengan anda. Mungkin kita jadwalkan touring khusus alumni Cendana yang suka motor. Sekali lagi salut buat anda

  21. October 13, 2008 at 3:54 am

    @ Normandia Muchtar,
    Terima kasih dengan tulisannya. Ayolah kapan2 kita turing bareng. Biasanya kalau ada even touring yang menarik, kita buat pengumuman agar banyak teman2 tertarik ikut. Jadi, dulu pernah naik Gn. Kerinci juga ya? Wah mantap tuh.. apalagi kalau dibuat napak tilas.. tapi manjat gunung pasti udah gak talok lagi.. 🙂 Foto yg dimaksud mungkin berdiri disebelah Dian Kusnandar, soalnya kalau pake Iskandar, orangnya lain lagi.

  22. Normandia Muchtar
    October 13, 2008 at 9:03 am

    Betul..Dian Kusnandar, maklum alah tuo, jadi nama kadang2 udah lupa

  23. onelion
    October 20, 2008 at 4:48 pm

    saya sedkit terharu akan petualanga bang stephen ke sumbar,saya sendiri yang orang padang tidak bisa memajukan pariwisata kota saya,dan saya harap pemerintah memberikan tanda jasa kepada beliau yang secara tidak langsung ikut memeasarkan keelokan panorama sumbar.terima kasih banyak saya kepada bang stepen.

  24. October 20, 2008 at 11:19 pm

    Travellingnya dan ceritanya luar biasa nih. Foto2nya sangar dg langit biru dan awan2nya lagi top banget. Lewat kampung saya juga tuh Muara Labuh. Salam kenal Bung Stephen…

  25. October 21, 2008 at 2:42 am

    @ Onelion dan Nofrins,
    Walah.. biasa aja lah.. ambo ini apalah.. 🙂
    Aku bangga jadi orang Indonesia!
    Mari kita gali ke indahan negeri ini, dimana saja.

  26. Brian Tamon
    October 23, 2008 at 9:53 am

    sungguh menakjubkan sekali pemandanganya nan asri–luarr biasa. Salam kenal dari saya Bung–Terimalah salut saya buat penulis (Bung Stephen) dengan cekatan & serta dengan sudut pandang yang pas menjepret keindahan pemandangan alam minangkabau nan asri, terima kasih Bung–sucses selalu Uda Stephen.

  27. October 24, 2008 at 7:50 am

    @ Brian Tamon,
    Terima kasih banyak. Bikin GR nih.. 🙂

  28. balqi
    October 27, 2008 at 4:46 pm

    Taragak Pulang ka kampuang jo Honda (sebutan motor bagi orang Padang)…

  29. November 14, 2008 at 6:16 pm

    Salute buat catatannya. Foto-foto yang dibuat Pak Stephen ruar biasa. Foto-foto kampung saya kok gak ada ya. Kampung saya Muaralabuh. Buat anak Muaralabuh yang blogger bentuk komunitas yuk.
    Salam (alris panai)

  30. November 24, 2008 at 6:37 pm

    Bikin ngiler aja nih bro Stephen dengan laporan dan pic2 turing sumateranya…!
    lezaaaaaaaaaat! 🙂

    smoga bisa ksana suatuhari…
    hehe… 🙂

  31. December 6, 2008 at 5:00 pm

    bagus sekali foto2nya menggugah kerinduanku pada tanah kelahiran ku yang jauh di sana.dan ingin rasanya pulang kampunung.anak mande sadang di lamun ombak.biduak den tirih pandayuang den patah angin baseru ombak mamacah tolong mande do:akan kami.

  32. drn
    December 17, 2008 at 10:53 pm

    Keren2 Bro…!
    Jadi pengen touring bareng nih….

  33. afif
    December 18, 2008 at 1:38 pm

    asyik juga advebturenya, kebetulan saya juga pernah via darat naik bus akap ke sumbar, cuma gak lintas barat tapi jalur biasa lintas tengah. sekalian saya mau tanya kalu naik bus akap bisa gak ya dr jakarta estafet sampai ke lubuk silasih terus ke padang

  34. February 3, 2009 at 4:04 pm

    wahhh!
    alam indonesia rancak bana, bumi minang merupakan tanah pusako y harus kito jado baik2,
    sukses u stephen

  35. February 4, 2009 at 11:57 pm

    ayo yg mau pulang kampuang.. ambil jalur ini.. pokoknya mantaplah.. 🙂

  36. ramli Dj
    February 16, 2009 at 2:09 pm

    weh weh weh weeeh,salut buat mas stephen dan tema2 ulasannya rapi bangat,ambo urang minang tapi selalunya pulang kampuang naik mobil,jadi pepengen jajal naik motor,ambo tinggal di Lhoksemawe,kira2 ada ngak rekan-rekan yang dari aceh atau dari medan yang mau turing bareng pulang kampuang, plase call 08126522977.thks

  37. March 1, 2009 at 4:10 pm

    sAlaM KEnAl, hUiHh rAnCaK BaNa SUmBar Ruponyo?
    saya ilham tri kurnia mo tanya klu tempat panorama yang RANCAK dimana? yang biayanya gak mahal? murah dijangkau ? plis bantuin ya? kirim ja ke alamat terry_ilham_007@yahoo.com

  38. March 3, 2009 at 9:52 pm

    terima kasih uda stephen..saya urang minang..tapi amak ayah kini tingga di bangkinang..lah jadi urang ocu…hehehehe…ambo kini dijakarta..alam sumbar memang cantik minta ampun..sayang uda stephen ga sempat ke lembah anai..lembah anai nan rancak bana..jalan raya diapik bukit jo sungai..diateh rel kereta api..pusako yang wajib kito jago basamo..sataju ndak mandan…

  39. April 11, 2009 at 11:10 pm

    Mantap bro…..jadi keingat kampung, kebetulan kebun teh yang bro jepret di Lubuk Gadang adalah kampung saya……pokoke mantap bro….!

  40. Nago Martin
    April 24, 2009 at 11:47 am

    salam kenal bro….
    hebat foto2x buat saya jadi terharu sendiri liat pemandangan indah sekali…jadi pengen kesana hehehehehe

  41. April 29, 2009 at 9:32 am

    @Nago Martin,
    salam kenal juga ya..
    silahkan dijajal.. ranah minang emang rancak bana.. 🙂

  42. May 13, 2009 at 11:39 am

    kalau dari kerinci menuju sumbar melewati jalan solok selatan memang mata kita dimanjakan sama pemandangan yang indah dan udaranya yang sejuk.sampai2 kita tidak mau meningglkannya. salam kenal

  43. djoko
    September 18, 2009 at 12:23 pm

    keren banget poto-poto nya bang, jadi pengen pulang kampung ke danau singkarak. .
    tuh acaranya tahon kapan. ? ? ? ?

  44. September 18, 2009 at 3:51 pm

    bro djoko.. itu bulan mei 2007. gw juga kangen pengen ke tanah minang lagi.. sekalian mau lihat tanah arau dekat payakumbuh, batu maling kundang, istana pagaruyung, dll.

  45. September 27, 2009 at 3:35 pm

    Thanks Pak Steven, atas tulisannya, mengakses blognya Bapak tanpa jemu, apalagi lihat foto2 dan liputannya, saya berencana bersama keluarga menelusuri jalur yg bapak lalui. Sekali lagi thanks ya Pak

  46. September 27, 2009 at 6:31 pm

    Sama2 pak Aljoni..
    kalau lewat daerah Sumbar pastikan perjalanan siang hari, karena kalau jalan malam hari tak ada yg bisa dilihat, maksudnya pemandangan alam Sumbar jangan dilewatkan karena perjalanan malam. Teman2 saya ada yg lewat di daerah bagus tapi pada malam hari, sehingga ketika ditanya, dijawab tidak tahu menahu.

  47. September 25, 2014 at 1:57 pm

    blognya bagus…

    kalau nanti ada waktu berkunjung ke kabupaten solok selatan, jangan lupa telpon saya…

    tksh

  1. June 1, 2009 at 6:10 pm

Leave a comment